SINOPSIS Thirty But Seventeen Episode 30 PART 1

SINOPSIS Still 17 Episode 30 BAGIAN 1


Penulis Sinopsis: Dahlia
All images credit and content copyright: SBS
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Thirty But Seventeen Episode 29 Part 3
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Thirty But Seventeen Episode 30 Part 2

Chan memperjelas makna ucapannya: “Aku.. sangat menyukai Bibi. Tidak seperti aku menyukai Deok Su dan Hae Bum. Aku menyukai Bibi dengan cara yang berbeda. Saat memikirkan Bibi, jantungku menggelitik seperti ada yang merayap di dalamnya. Saat Bibi menangis, perasaanku hancur. Bibi membuatku tersenyum dan saat Bibi sedih, aku ingin melipur Bibi. Aku ingin melindungi Bibi. Beberapa bulan lagi, aku akan bergabung dengan tim profesional. Aku akan segera menjadi dewasa. Bibi bisa memercayaiku. Aku akan melindungi Bibi. Tapi... Aku berniat mengatakan ini di hari kemenanganku. Tapi kini Bibi tidak perlu khawatir. Karena semua itu di masa lalu. Tapi aku merasa harus mengatakan itu. Karena dengan begitu, aku bisa benar-benar melupakannya. Andai memendamnya, aku pasti akan terus berpura-pura baik-baik saja. Bibi cinta pertamaku. Aku mau cinta pertamaku berakhir dengan baik. Maka itu aku mengatakan semua ini. Jadi, aku bisa baik-baik saja. Aku ingin melindungi Bibi karena Bibi seperti usia 17 tahun. Tapi kini, Bibi sungguh sudah dewasa. Serta, terima kasih karena telah membuat pamanku menjadi pamanku yang dahulu. Mari berteman baik sekarang. Dan kumohon teruslah menyukai pamanku seperti saat ini.....”


Mendengarnya, seketika membuat Seo-ri berlinang air mata. Nmun Chn masih bisa tersenyum, sambil berkata: “Apa? Aku yang seharusnya menangis. Bibi tidak boleh menangis. Bibi melihat secepat apa pergelangan kakiku sembuh, bukan? Aku sembuh dengan sangat cepat. Aku sungguh akan segera membaik. Seperti kapalan di tanganku ini, perasaanku juga sudah kapalan. Aku merasa lega. Aku senang sudah berterus terang...”

Lanjutnya, dia meminta Seo-ri untuk pulang duluan saja, “Bibi mengerti, bukan? Aku perlu menangis sedikit lagi...” tambahnya


Chan dan Seo-ri berjalan ke arah berlainan.. sedari tadi nampak tegar, pada akhirnya Chan tak kuasa membendung air matanya. Dia menangis, teringat segala kenangan manis dengan Seo-ri selama ini..


Sejenak dia duduk di bangku taman untuk merenung.. dia mengeluarkan sarung tangan dari dalam sakunya... mengingat, bahwa belakangan ini dia selalu memakainya karena itu merupakan hadiah dari Seo-ri.

Namun mulai sekarang, ia memutuskan untuk ‘move on’, maka dari itu dia meninggalkannya sarung tangan tersebut disana begitu saja...


Woo-jin bertemu dengan Hyung-tae yg cerita mengenai sosok Pak Kim, si ajusshi yg selama ini membiayai pengobatannya Seo-ri, “Dia mencari tahu tentang diriku melalui agensi detektif. Jika Seo Ri bertemu dengannya, dia akan kecewa karena paman dan bibinya tidak merawatnya...” jelasnya

“Sepertinya Seo Ri sudah menyimpulkan bahwa mereka sengaja memutus tali hubungan...” ungkap Woo-jin

“Beliau ingin menemui Seo Ri, tapi jika aku memberitahunya, dia bisa kebingungan lagi. Aku tidak mau Seo Ri kebingungan lagi. Sebagai temannya...”

“Terima kasih telah menghubungiku lebih dahulu...”

“Kurasa akan lebih baik jika dia mendiskusikan ini denganmu, jadi, kalian bisa ambil keputusan...”

Terakhir sebelum berpisah, Hyung-tea memberikan kertas bertuliskan nama ‘Kim Sang-sik’ beserta nomor ponselnya...


Dalam perjalanan pulang, Woo-jin melihat Seo-ri.. maka dia lansgung berlali menghampirinya. Tetapi raut wajah Seo-ri nampak lesu, maka dia berkata: “Apa kamu bersenang-senang bersama Chan? Kurasa tidak...”

“Entah harus bilang apa. Kamu dari mana?”

“Aku menemui Dokter Kim Hyung Tae....”


Dalam situasi yg lebih kondusif, secara perlahan Woo-jin menjelaskan segala hal yg dikuetahuinya tentang paman dan bibinya Seo-ri.

“Bibiku? Tapi bagaimana kamu bisa mengenal dia? Kenapa kamu tidak memberitahuku? Kamu bahkan bertemu dengannya, tapi... Dia bilang tidak mau menemuiku, bukan? Lantas bagaimana dengan pamanku? Dia juga tidak mau menemuiku? Apa kamu menemui pamanku?”

“Maafkan aku. Aku tidak tahu kabar pamanmu.”

“Kenapa mereka... Pasti ada alasannya. Aku yakin itu. Aku harus bertanya sendiri kepada bibiku..”


Seo-ri mencoba untuk menelpon bibinya, tetapi nomornya selalu tak aktif. Lantas Woo-jin berusaha menenagkannya dengan berkata: “Nanti kita telepon lagi....”


“Aku penasaran kenapa foto lama  di buku harian itu hilang. Dia melihatnya. Mereka tahu aku siuman, tapi mengabaikanku...” ucap Seo-ri dengan lirih, maka kemudian Woo-jin memelukny1  erat


Dalam Kamar, Seo-ri masih terus berusaha menghubungi bibinya.. tapi hasilnya masih sama. Dia lantas bertanya-tanya pada Fang: “Kapan mereka meninggalkanku? Kenapa orang lain yang membayarnya? Kenapa mereka meninggalkanku? Mereka jahat. Mereka tahu aku siuman, tapi berlagak tidak tahu....”


Mendadak, ponselnya Seo-ri berdering.. ada telpon masuk dari Woo-jin yg memintanya keluar sekarang juga...


Ternyata... disana sudah ada Pak Kim yg berdiri menunggunya dan ketika melihat Seo-ri, dia langsung berlutut memohon maaf..

“Anda yang menyebabkan kecelakaan itu?”

“Maafkan aku... Maafkan aku.... Maafkan aku...”


“Kenapa Anda melakukan itu? Gara-gara Anda, aku dan temanku...”

“Aku sungguh meminta maaf. Terima kasih karena telah siuman. Aku hendak menyerahkan diri setelah mendengar kamu siuman. Tapi kurasa aku harus meminta maaf lebih dahulu.”

“Itu akan mengubah apa? Permintaan maaf Anda tidak akan mengembalikan temanku ataupun mengembalikan waktu-waktuku yang telah hilang. Aku tidak akan memaafkan Anda hanya untuk membuat Anda lega!”


“Sebelum berkemudi di hari itu, aku minum-minum. Aku terlalu mabuk sampai tidak bisa memastikan semua sudah aman. Aku baru tahu bahwa aku menyebabkan kecelakaan saat melihat liputan berita. Aku melakukan hal yang sangat jahat. Aku melihatnya dengan mataku sendiri. Perbuatanku lebih parah daripada kejahatan. Aku sangat ketakutan. Aku tidak punya nyali untuk mengaku. Lalu, kudengar salah satu pelajar yang terluka dalam keadaan koma. Tampaknya cedera karena benturan....” jelasnya dengan suara gemetar


Seo-ri lalu bertanya: “Sejak kapan aku ditinggalkan sampai Anda yang membayar biayanya? Anda pasti tahu segalanya jika menyaksikan saat itu. Kapan paman dan bibiku meninggalkanku?”


“Aku tidak tahu soal itu. Setelah kamu dipindahkan ke pusat rehabilitasi, keluargamu tidak kunjung datang. Saat itulah aku berpikir hanya itu caranya agar aku bisa memohon maaf...” jawabnya


Tetapi Seo-ri tak bisa memafkannya begitu saja, dan segala ceita  ini malah membuatnya makin emosional: “Andai Anda tidak minum-minum, temanku pasti masih hidup. Aku pun tidak akan pernah koma. Paman dan bibiku pasti masih bersamaku saat ini. Kenapa Anda melakukan itu? Anda seharusnya tidak berkemudi saat mabuk...”

“Maafkan aku. Aku sungguh menyesal... Maafkan aku...”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINOPSIS Memories of the Alhambra Episode 4 PART 5

SINOPSIS The Crowned Clown Episode 2 PART 5